Hari ini kita menyaksikan prosesi upacara peringatan HUT RI ke 72 yang bernuansa baru. Seperti pada berita sebelumnya bahwa kesan formil dan kemiliteran yang sangat kental pada peringatan HUT RI yang lalu lalu, hari ini terlihat begitu beda dengan nuansa yang jauh lebih santai, tapi tentunya tanpa meninggalkan protokoler dan prosedur upacara yang seharusnya.
Dalam upacara peringatan HUT RI, presiden bertindak sebagai inspektur upacara, atau kalau pada upacara bendera di sekolah setiap senin, posisi inspektur ini kurang lebih seperti pembina upacara. Jadi dengan keadaan seperti ini setiap Presiden kita mulai dari Soekarno sampai Jokowi akan selalu menjadi Inspektur dalam setiap upacara peringatan HUT RI selama ia menjabat.
Tapi tahukah anda, ternyata diantara 7 presiden Indonesia, 2 diantaranya pernah menjadi petugas upacara di lapangan, ada yang menjadi pembawa bendera, ada yang menjadi komandan upacara. Tentunya tugas ini diemban pada saat mereka belum menjabat menjadi presiden. Siapa sajakah mereka ? Berikut jawabnya.
1. Megawati Soekarno Putri
Megawati pernah menjadi petugas upacara peringatan detik-detik proklamasi, tepatnya pada tahun 1964 saat presiden masih dijabat oleh Soekarno. Beliau lolos seleksi Paskibraka nasional pada saat duduk di bangku SMA Perguruan Tjikini. Paskibraka Nasional waktu itu dilatih oleh ajudan Soekarno Mayor Husein Mutahar. Sang Mayor sendiri sampai saat ini dikenal sebagai Bapak Paskibraka Indonesia, salah satunya karena komposisi pasukan pengibar yang terdiri dari beberapa putra daerah merupakan ide dari Mayor Husein Mutahar
Megawati pada upacara peringatan detik-detik proklamasi tahun 1964 bertugas sebagai pembawa baki Bendera Pusaka. Berbeda dengan anggota paskibra perempuan saat ini yang potongan rambutnya hanya diperbolehkan beberapa centi di bawah telinga, pada saat itu Megawati malah memiliki rambut panjang sepinggang yang dikuncir dan dikepang satu.
|
tampak rambut panjang Megawati saat bertugas. foto : Dok. Kompas |
Mungkin kita merasa.. Ah sang presiden kan Ayahnya sendiri, pasti itu karena permintaan ayahnya. Ya anggapan seperti itu memang wajar mengingat dua tahun setelahnya, yaitu pada upacara HUT RI terakhir Soekarno tahun 1966, pembawa baki bendera pusaka kembali jatuh ke tangan putri Soekarno yang lain yaitu Rahmawati. Namun satu hal yang perlu dicatat, kalaupun itu semata karena permintaan Soekarno, sejarah mencatat bahwa Megawati melakukan tugasnya dengan baik saat menjadi pembawa baki Bendera Pusaka, yang mana tugas ini bukanlah tugas yang gampang.
|
Megawati saat menerima bendera pusaka dari Soekarno. foto : twitter @kemenpora_ri |
2. Susilo Bambang Yudhoyono
Presiden ke 6 Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono atau lebih dikenal dengan SBY juga pernah menjadi petugas upacara pada peringatan HUT RI ke 49 atau tepatnya pada tahun 1994. Saat itu, SBY yang masih berpangkat Kolonel dan menjabat sebagai asisten operasi Kodam Jaya mendapatkan tugas sebagai komandan Upacara.
|
SBY saat menjadi komandan upacara 17 Agustus . foto :Istimewa/Facebook |
Dalam sebuah tulisan di halaman Facebooknya pada tahun 2015 SBY mengenang saat tugasnya tahun 1994 tersebut. "Tugas Sederhana tapi Beresiko Besar" begitu tulisnya. Betapa tidak demikian, sekalipun tugas baris-berbaris merupakan hal yang biasa bagi seorang kolonel seperti SBY. Bahkan sudah menjadi napas seorang prajurit, karena dilakukan secara rutin setiap hari. Namun beda halnya dengan saat itu.
"Tugas ini tetap saja (memiliki) risiko besar, dan penuh tekanan. Kalau berhasil, perwira yang bersangkutan akan tetap menempati jabatannya. Tapi bila gagal, karier militernya akan kelabu," ungkap SBY.
Disaksikan langsung Panglima tertinggi ABRI saat itu Jenderal (Purn) Soeharto, karir militer SBY dipertaruhkan. Syukur akhirnya dia berhasil memimpin upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI saat itu dengan lancar.
Bahkan bisa dibilang karir beliau ikut lancar sampai ke puncak tertinggi sebagai presiden Indonesia sekaligus Panglima Tertinggi Tentara Nasional Indonesia
--
Itulah 2 mantan presiden kita yang pernah merasakan suasana tegang di tengah lapangan pada peringatan detik-detik Proklamasi Republik Indonesia tercinta ini. Bukan tidak mungkin salah satu petugas dari upacara hari ini di Istana Negara kelak akan menjadi pemimpin nomer satu di Indonesia. Mungkin...!